Bojonegoro.com – Kabar tenggelamnya KRI Nanggala-402 di perairan Bali dan 53 awaknya yang dinyatakan gugur oleh Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono, tak pelak menjadikan keluarga korban dan semua masyarakat Indonesia berduka yang teramat dalam, tidak terkecuali Peltu (Purn) Purwanto, S.sos, Kades Desa Ngampel kecamatan Kapas, Bojonegoro.
Purwanto Kades Ngampel adalah Purnawirawan Peltu angkatan laut yang bertugas di KRI Nanggala 402 selama 22 tahun, Kita bisa rasakan betapa sedihnya beliau saat mendengar KRI Nanggala 402 tenggelam beserta 53 awak kapalnya.
Ditemui di kantornya, di balai desa Ngampel, Purnawiran Peltu Angkatan laut ini nampak masih tertegun saat awak media menemui di ruangnya. Senin, 26/04/2021.
Kepada awak media Bojonegoro com Purnawiran Angkatan Laut yang juga Kades Ngampel ini bercerita dengan bertutur, ” Saya bertugas di KRI Nanggala 402 sejak tahun 1998 hingga tahun 2020 kemarin, 22 tahun bukanlah waktu yang pendek untuk sebuah pengabdian, Tentu banyak kenangan saat bertugas di KRI Nanggala yang sangat mendalam dan tidak pernah saya lupakan, saya adalah salah satu Tim yang bertugas mengawal Nanggala 402 pada waktu Overhaul di Korea Selatan, ucap Purwanto membuka obrolan dengan awak media.
“Menjadi awak kapal Selam memang berat dan memiliki resiko yang sangat tinggi, namun itu semua adalah panggilan tugas negara, saya tahu persis bagaimana beratnya bertugas di kapal selam, saat mengetahui berita tentang tenggelamnya KRI Nanggala di selat Bali tenggelam di kedalaman 800 meter, bisa dikatakan mustahil untuk keluar dalam keadaan hidup, maksimal kekuatan KRI Nanggala adalah 500 meter.
“Segala sesuatu yang tidak diinginkan yang sifatnya non teknis bisa saja terjadi saat bertugas, apa yang telah terjadi pada 53 awak kapal selam itu adalah bagian dari resiko bertugas di kapal selam dan semua pasukan tahu betul resikonya jika ada hal yang tidak diinginkan terjadi pada kapal saat di kedalaman laut 500 meter, terang Purwanto.
Sebagian besar saya mengenal awal kapal yang gugur di selat Bali itu, termasuk 2 Awak Kapal selam Nanggala 402 dari Bojonegoro yaitu Serda Setyo Wawan dan Kopda Choirul Faizi itu dulu pernah menjadi anak buah saya, saat saya saat masih bertugas di KRI Nanggala 402, “saya mengenal mereka dengan baik, maka saya juga sangat kehilangan atas gugurnya putra terbaik angkatan laut dari korp hiu kencana dan juga putra terbaik Bojonegoro, ungkapnya.

Kenangan Kades Ngampel Purwanto bersama Almarhum Kolonel Harry Setyawan dan Foto saat Masih Bertugas di Satuan kapal selam Nanggala.
Tidak hanya 2 anggota AL yang menjadi awak kapal Nanggala 402 asal Bojonegoro yang saya kenal, Komandan Satuan kapal Selam kolonel laut (P) Harry Setyawan yang juga gugur dalam tenggelamnya KRI Nanggala 402, satu bulan sebelum kejadian naas itu, beliau berkunjung kerumah saya di desa Ngampel dan kami sempat makan bersama, sunggguh ini adalah kehilangan yang sangat besar bagi saya pribadi, keluarga, dan bangsa Indonesia.
Dalam kesempatan ini ijinkan saya mengucapkan bela sungkawa yang sedalam dalamnya kepada seluruh keluarga korban, termasuk keluarga dari Kopda Choirul Faizi dan Serda Setya Wawan yang telah gugur sebagai pahlawan dalam tugas negara.
Selamat jalan pahlawan, Engkau telah
Gugur dalam menjalankan tugas pada akhirnya itu menjadi anugrah terindah dalam pengabdianmu.
Sekian pelabuhan telah tersinggahi, ribuan mil telah kalian arungi, kini takdir illahi membawamu bersandar pada pelabuhan terbaik, pelabuhan ridha-Nya.
Proud of you, Nanggala.
