Bojonegoro.com – Sebanyak 37 warga Desa Talok Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menggeluti usaha ale lamtoro atau biasa disebut ale mlanding oleh warga setempat. Dengan cara memanfaatkan pekarangan rumah sebagai tempat budidaya.
Wati, salah satu pembudi daya ale lamtoro, asal Dusun Talok, Desa Talok, Kecamatan Kalitidu, mengatakan, bahwa dalam budidaya ale mlanding ia hanya membuat media tanam menggunakan pasir Bengawan solo yang ada di sekitar rumahnya.
“Kalau membuat media tanam, itu soal mudah, yang sulit itu cari bahan bakunya,” katanya kepada Bojonegoro.com, Selasa, 21/09/2021.
Kesulitan mencari bahan baku budidaya ale mlanding, menurut Wati karena bahan baku dari kabupaten Bojonegoro tidak cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan produksi. Sehingga untuk itu, ia masih harus mendatangkan bahan dari Situbondo.
“Alhamdulillah mas kalau cuaca sangat bagus dan pasir mudah di jumpai, kami bisa panen dengan produksi harian rerata mencapai 50 Kilogram,” ucapnya.
Mengenai ceruk pasar, Wati mengaku memanfaatkan potensi serapan produknya ke pasar lokal terdekat. Yakni Kecamatan Kalitidu, Ngasem, Purwosari, dan Padangan.
Dijelaskan, harga wose (biji sudah dikupas) mlanding Rp. 7.000 per Kilogram (Kg). Sesudah berkecambah atau menjadi ale dijual seharga Rp. 8.000 per kilogram. Sedangkan untuk jenis ale kemplang, harga wose Rp. 12.000 per Kg.
“Harga ale kemplang lebih mahal, seharga Rp. 15.000 per Kg di pasaran,” jelasnya.
Terpisah, Kepala Desa Talok H. Samudi membenarkan bahwa puluhan warganya, terutama dari kalangan ibu-ibu sudah menggeluti usaha budidaya ale mlanding ini sejak lama. Dengan inovasi dan kreativitas, para ibu dinilai tak hanya mampu membantu para suami. Namun juga mampu menopang kemandirian.
“Kita akan terus dorong kreativitas mereka ini sehingga nantinya budidaya ale mlanding bisa tetap lestari,” tegasnya.(*)
