Bekerja dengan hati mengingatkan akan arti pentingnya sebuah komitmen dan tanggung jawab dalam tugas yang diemban seseorang agar bisa bekerja secara maksimal dengan mengoptimalkan semua kemampuan yang dimiliki.
Sebelum membahas lebih lanjut, ijinkan saya sedikit bercerita tentang diri saya.
Selepas Lulus SMA Negeri 1 Bojonegoro,Tahun 1994, Saya mencoba mengikuti UMPTN, ujian untuk masuk perguruan tinggi negeri, kalau saat ini namanya SBMPTN,
Alhasil tiket masuk Perguruan Tinggi Negeri berhasil didapatkan, saya kuliah di Universitas Jember(UNEJ) mengambil jurusan ilmu ekonomi dan studi pembangunan dan lulus di Tahun 1998, Sarjana Ekonomi berhasil saya sandang.
Saat itu di tahun 1998 adalah masa yang sangat sulit, krisis moneter melanda Indonesia, semua aspek perekonomian terpuruk, tapi asa di dada tetap menyala, tidak boleh padam,dengan berbekal sarjana ekonomi saya mengirimkan banyak lamaran pekerjaan di perusahaan.
Tekad dalam hati, saya harus berkarya agar kelak dapat membantu ekonomi rumah tangga dan bermanfaat untuk masyarakat. Tekad saya berbuah hasil, saya diterima dan mulai bekerja di salah satu perusahaan kayu yang ada di Bojonegoro, itu menjadi pengalaman pertama saya, yang tidak mungkin terlupakan.
Tahun 2000, merupakan titik balik dari hidup saya, di tahun itu saya menemukan tambatan hati, berjodoh dan menikahlah saya dengan seorang penyuluh pertanian.
Semangat dalam mencari pekerjaan, semakin tinggi, saya mencoba peruntungan dengan melamar di industri oil and gas, Exxonmobil Cepu Ltd. (EMCL) dan di terima sebagai admin di departemen services,saya jalani selama 3 tahun lamanya.
Hingga suatu hari suami mendorong saya untuk ikut mendaftar,karena di buka lowongan seleksi CPNS. Setelah menjalani serangkaian tes, saya tidak menyangka, saat pengumuman hasil tes, nama saya adalah salah satu yang lolos dan dinyatakan diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Sebagai PNS baru, penempatan tugas pertama saya,sebagai staf di Kecamatan Kalitidu. Saya menjalani tugas saya dengan semangat, dan dengan segenap hati, hari demi hari berganti,hingga di Tahun 2009 saya mendapatkan amanah sebagai Kasi Pemberdayaan Masyarakat di Kecamatan Kalitidu.
Tugas sebagai kasi Pemberdayaan membuat saya lebih semangat bekerja, saya bertekad untuk lebih mengembangkan potensi di Kecamatan Kalitidu agar dapat meningkatkan produktivitas masyarakat. Semangat itu tumbuh atas dorongan kecintaan saya terhadap upaya pemberdayaan masyarakat dan suport penuh dari camat Kalitidu yang pada saat itu dijabat oleh Ibu Nurul Azizah, yang saat ini adalah Sekretaris Daerah Bojonegoro.
Semangat saya bersama rekan kerja guna mengembangkan potensi Kalitidu, membuahkan hasil, Kecamatan Kalitidu berhasil meraih beberapa prestasi, diantaranya adalah membantu pengembangan agrowisata belimbing Desa Ngringinrejo dan berbagai kegiatannya menjadikan desa Ngringinrejo sebagai desa terbaik dalam lomba desa tahun 2009, Unit pengelolaan Keuangan (UPK) Ngringinrejo sebagai UPK terbaik tingkat provinsi Jawa Timur, dan mendapatkan Pro Poor Award th.2010, Pro Poor Award adalah Penghargaan yang diberikan untuk lembaga program keuangan yang berhasil mengentaskan kemiskinan.
Prestasi demi prestasi, dan banyak penghargaan mampu diraih Kecamatan Kalitidu, puncaknya,pada tahun 2010 Kecamatan Kalitidu berhasil meraih predikat sebagai kecamatan berprestasi dan camat berprestasi tingkat provinsi Jawa Timur.
Kabupaten Bojonegoro cukup berbangga karena dalam perjalanan sejarah,baru pertama kali Kabupaten Bojonegoro meraih penghargaan berprestasi camat dan kecamatan berprestasi.
Sepuluh tahun penuh dengan cerita indah, suka duka,dan banyak pelajaran berharga saya dapatkan saat bertugas di Kecamatan Kalitidu.
Bulan September Tahun 2013 saya mendapatkan amanah baru sebagai kasubid indagkop di bidang ekonomi Bappeda kabupaten Bojonegoro. pos baru yang lagi-lagi sangat pas dengan jiwaku, saya suka dengan hal yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat, di pos baru ini jiwa pemberdayaan dalam diri saya semakin melekat kuat
Bersama atasan, Kabid ekonomi saya membuat beberapa program pemberdayaan seperti pengembangan kawasan agropolitan di daerah Kapas-Dander-Kalitidu-Trucuk (KDKT) serta menjadikan pilot project pengembangan BUMDesa di beberapa Desa.
Program KDKT dan BUMDesa adalah sebuah program yang memfasilitasi dan membina beberapa desa yang memiliki potensi agro dan potensi lainnya guna dikembangkan salah satu alternatif pengembangannya adalh menjadi desa wisata.
Berawal dari situ saya mulai tertarik dengan pariwisata karena dampak pengembangannya memberikan multi efek ke berbagai sektor.
Ketertarikan saya terhadap pengembangan wisata semakin kuat ketika pada Tahun 2015 saya berpindah tugas di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Saat itu sektor pariwisata Bojonegoro masih belum kuat, tingkat kunjungan wisata masih rendah, jumlah destinasi yang layak dikunjungi juga belum banyak, acara dan kegiatan wisata yang dilaksanakan dinas masih skala lokal.
Banyak sekali PR yang harus dilakukan oleh Disbudpar agar Pariwisata dan Budaya Bojonegoro dikenal dan membawa dampak baik bagi daerah. Mulailah kepala dinas budaya dan pariwisata meminta kami untuk merencanakan program penguatan destinasi, pengemasan even dan promosi wisata Bojonegoro.
Kinerja disbudpar pelan-pelan membuahkan hasil, mulai Tahun 2016 hingga 2019 terjadi peningkatan kunjungan yang cukup significant, beberapa destinasi wisata bermunculan pertanda adanya kepercayaan masyarakat dan investor di usaha sektor wisata.
di akhir tahun 2015. wisata berbasis masyarakat seperti negeri atas angin, sungai Grogolan, waduk Bendo, Mojodeso, Banyukuning mulai dikembangkan.
D tengah kegalauan tentang bagaimana cara agar Bojonegoro dikenal khalayak luar, berpikir untuk menciptakan icon pariwisata Bojonegoro yang dapat diunggulkan agar bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan, akhirnya pada tahun 2016 terjawab dengan kerjasama pengembangan Petroleum Geopark dengan destinasi utama Teksas Wonocolo.
Pengembangan wisata minyak sumur tua di kedewan ini bekerjasam dengan Pertamina Aset IV, ESDA, Perhutani, dan UPN Veteran jogja serta masyarakat Wonocolo.
Alhamdulillah di akhir tahun 2016 mendapatkan sertifikat penetapan geopark Nasional.
Tahun 2017 kami melakukan berbagai upaya mengenalkan teksas wonocolo, mulai dari pengembangan museum geopark, paket wisata geooark, festival geopark dan edukasi geopark.
Pada tahun 2018, kami berfikir untuk menemukan kalimat branding wisata. melalui lomba dan kerjasama dengan ISI Jogjakarta akhirnya terpilihlah “Pinarak Bojonegoro” sebagai tagline dan branding wisata bojonegoro. itulah yang menambah semangatnya untuk mengenalkan diferensiasi wisata Bojonegoro.
Even budaya juga mulai digarap dengan baik seperti Bojonegoro Batik Fashion, festival bengawan, festival karya tari dan puncaknya Bojonegoro mendapat pengakuan dari Museum Rekor Indonesia, (MURI) kami menggelar tari Thengul dengan menampilkan 2019 penari dalam waktu yang bersamaan, hasilnya Tari Thengul mendapatkan kepercayaan tampil di Istana Negara RI pada upacara HUT RI tahun 2019.
Prinsip saya dalam bekerja adalah bekerja harus total dan serius, bukan sekedar memenuhi tugas dan kewajiban yang dipikulkan oleh atasan.
Saat ini saya menjabat sebagai Sekretaris Camat (sekcam) Purwosari, kembali bekerja di kecamatan membuat saya semangat untuk memberikan lagi kontribusi positif.
Di akhir tulisan, saya hanya ingin berbagi pengalaman, dan berpesan kepada generasi muda dimanapun kita ditempatkan wajib bekerja dengan hati.
Karena hati sebagai penggerak kehidupan, suara hati akan besar sumbangannya untuk mendorong pemiliknya bekerja lebih giat, keras, tak mudah menyerah dan merasa cepat puas.
Bekerja dengan hati akan menciptakan kondisi psikologis yang baik, dan jwa bersemangat akan menghasilkan nilai lebih pada sebuah karya.
Bekerjalah dalam suasana hati yang jernih dan bersih, karena dengan itu dapat mendorong orang menjadi lebih produktif.
Semoga bermanfaat dan bisa diambil pelajaran. jangan pernah berhenti berproses dan teruslah berusaha dan berdoa. semoga sukses dan Bojonegoro semakin maju.
Terima kasih.
Bojonegoro, 05 Agustus 2020.
Dyah Enggarini Mukti,SE,MM
Sekretaris Camat Purwosari.
