Bojonegoro.com – Sejauh dan setinggi apapun burung terbang akan kembali ke sarangnya juga, pepatah itu mungkin cocok disematkan pada Teguh Haryono.
Mas Teguh, Sapaan Akrabnya, Putra asli Bojonegoro, kelahiran Nglumber Kecamatan Kepohbaru ini telah melalang buana berkeliling Indonesia dalam meniti karir, sering menduduki posisi strategis dalam banyak organisasi Nasional bahkan Asia, tidak menjadikan dia lupa akan asalnya, berniat ingin kembali ke tempat kelahiran dan membangun kota tercinta Bojonegoro.
Dalam kesempatan pulang Kampungnya kali ini mas Teguh banyak mengunjungi teman, saudara dan rekan rekannya di Bojonegoro, Temayang adalah salah satu kecamatan yang menjadi tujuan kunjungan.
Desa Jono Kecamatan Temayang menjadi tujuan Mas Teguh dalam anjangsana, langkah kakinya terhenti saat mendengar lirih gamelan dipadu suara sinden yang melantunkan tembang tembang Jawa, Uyon Uyon orang Jawa menyebutnya.
Merasa tertarik dan rindu akan kenangan masa kecil, Mas Teguh melangkahkan kakinya menuju asal suara, yang ternyata asal sumber suara itu dari aula dimana kedapatan orang banyak berkumpul ngobrol gayeng sambil menikmati tintingan wilahan gamelan dan gender.
Usut punya usut ternyata sedang berlangsung kegiatan diskusi dari kelompok petani hutan dari kecamatan Temayang, Dander, dan Bubulan.
Melihat sosok yang tidak asing datang mendekat, Marianto, Sekretaris LMDH Jari Makmur menyambut dan sekaligus memperkenalkan Figur Teguh Haryono kepada para peserta diskusi.
Kepada hadirin, Marianto memperkenalkan Mas Teguh, “kebetulan ini ada tamu, yang sangat berkompeten dan komitmen dengan petani, Monggo, mumpung ada beliau silahkan dikeluarkan semua uneg-uneg dan permasalahan dalam dunia pertanian panjenengan, Ucap Marianto.
Dalam diskusi tersebut terungkap bahwa permasalahan yang dihadapi oleh para petani hutan saat ini adalah sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi. Dimana Petani kebingungan dengan regulasi pupuk bersubsidi dari pemerintah.
” Harapan kami ada solusi dari pemerintah yang mendukung petani hutan” ujar Marianto.
Di kesempatan yang sama, Supangat, anggota Petani Hutan dari Buntalan berharap mendapatkan dukungan dari mas Teguh sebagai Putra Daerah.
” Kami berharap dengan diskusi ini mas Teguh mampu memberikan konstruksi cara berpikir dan konstribusi positif bagi para petani hutan di Bojonegoro, tukasnya.
Mendengar semua keluh kesah dan problematika dari petani Hutan mas Teguh tergerak hatinya untuk membantu, dalam pernyataannya dia menyampaikan bahwa banyak hal yang dibutuhkan petani dan sudah semestinya mendapatkan perhatian dari pemerintah.
” Saya tidak menjanjikan untuk menyelesaikan permasalah ini namun dengan pikiran dan tenaga, saya akan berusaha memberikan konstribusi sejauh yang saya mampu, jelasnya.
Mengenal lebih jauh Teguh Haryono, pernah menduduki jabatan sebagai Direktur Eksekutif PT. Tripatra Engineers & Constructors pada proyek engineering, procurement and construction (EPC) 1 Banyuurip di Kecamatan Gayam, Bojonegoro. Dimana dengan kedudukannya tersebut bagaimana dia harus mengakomodir sekian ribu pemuda lokal agar bisa ikut terlibat di proyek migas Nasional, dan sekaligus memikirkan bagaimana kontraktor lokal bisa diajak kerjasama dalam membangun fasilitas penghasil migas.
Teguh Haryono juga pernah menjabat sebagai Staf Ahli Komite Kebijakan Industri Pertahanan yang berkantor di Kementerian Pertahanan RI, jadi tidaklah mengherankan dia juga ikut merasakan bagaimana permasalahan para petani tidak terkecuali petani hutan yang kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi.
Untuk memberikan semangat bagi para peserta diskusi, Mas Teguh yang pernah menduduki sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Pendidikan Keinsinyuran Asia Tenggara dan Pasifik ini dengan gaya bertutur menceritakan bagaimana semangat juang Ir Soekarno sebagai Presiden Pertama RI menjadi pemicu semangatnya untuk belajar menjadi orang pandai hingga dirinya berhasil masuk dan kuliah di Institut Tekhnologi Bandung (ITB).
“Tapi apalah artinya menyandang gelar Dr, Ir, MBA, IPU, ASEAN Eng, ACPE., APEC Eng kalau tidak mampu berkontribusi bagi bangsa terutama tanah kelahiran,” tandas pria yang pernah berjualan pupuk eceran semasa kecil ini.
Meskipun tidak bisa dijanjikan solusi instan, dia akan berupaya menyampaikan permasalahan ini kepada pihak yang berwenang untuk mencari solusi yang tepat.
“Saya tidak berjanji, tapi akan berupaya bagaimana menjembatani masalah ini dengan pihak terkait,” ujarnya serius.
Mas Teguh menegaskan pentingnya peran petani hutan dalam konstribusi melestarikan lingkungan dan kelangsungan hutan karena para petani hutan juga ikut berkontribusi dalam menjaga ketahanan pangan dan lingkungan.
“. Mengingat itu semua bukan hal berlebihan jika hak-hak mereka perlu diakui dan diperjuangkan,” tegasnya.
Usai menyampaikan tanggapannya pada sekelompok petani, Gending Gending Jawa dengan iringan gamelan kembali menyemarakkan suasana, para penabuh gamelan pun bersemangat mengapresiasi apa yang telah disampaikan oleh Mas Teguh.
Diakhir acara Teguh menyampaikan bahwa tidak hanya ketahanan pangan, kesehatan, dan energi yang perlu perhatian, namun juga ketahanan budaya. Dengan Ketahanan budaya maka negara akan kuat dan mempunyai karakter. Karena budaya adalah wajah Indonesia dan dengan berbudaya masing masing dari kita akan bangga menjadi orang Indonesia dan itu menjadi dasar dari ketahanan negara.
“Saya sangat bangga masih ada orang-orang yang “ngopeni” budaya dan saya sangat mengapresiasi kelompok Karawitan Wahyu Taruna Budaya yang masih semangat melestarikan tradisi dan budaya asli Jawa di tengah gempuran budaya asing ,” pungkasnya.
