Bojonegoro.com – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kabupaten Bojonegoro akan kembali menggelar ruwatan Murwakala bagi sukerta sukerti yang rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 30 Juli 2022 berlokasi di tempat wisata Kayangan Api di Ngembul, Desa Sendangrejo, kecamatan Ngasem, kabupaten Bojonegoro.
Ruwatan Murwakala ditandai dengan gelaran Wayang kulit dengan lakon Murwakala oleh dalang Ki Priyo Darsono dari Nglampin Ngasem.
Selasa, 12/07/22, Kepala Bidang (Kabid) Pengembangan Kelembagaan, SDM Pariwisata dan Budaya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro Deni Ike, S,Pd, MM diruang kerjanya menyampaikan persiapan sudah 90 persen tinggal pematangan di hari pelaksanaan, Untuk tahun ini disbudpar sengaja membatasi jumlah peserta ruwatan masal, karena masih dalam masa pandemi, untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan kami hanya menerima 50 peserta sukerta sukerti untuk mengikuti prosesi ritual ruwatan, dan sampai hari ini kuota itu sudah terpenuhi, jelasnya.
Sebenarnya pendaftaran dibuka mulai tanggal 4 hingga 25 Juli, namun animo masyarakat begitu besar, sehingga hanya membutuhkan waktu 3 hari pendaftaran terpaksa kami tutup karena sudah mencapai 50 pendaftar, ungkapnya
Masih menurut Deni, Peserta Ruwatan Murwakala adalah warga Bojonegoro dengan menyertakan KTP dan KK asli saat mendaftar, 3 hari setelah pendaftaran dibuka kuota 50 langsung terpenuhi, karena kami memang tidak memungut biaya sepersenpun alias gratis, Peserta hanya diwajibkam memakai baju warna putih, model baju bebas, boleh kebaya atau baju muslim, sedangkan semua alat kelengkapan (ubo rampe) prosesi ritual, antara lain kembang, telur, bubur Merah, takir plontang, hingga nasi ambeng yang akan dimakan peserta semua gratis, Disbudpar yang akan menyediakan, jelas Deni.
Peserta hanya diwajibkan membayar tiket masuk saja, karena misi kita juga memperkenalkan dan mempromosikan destinasi wisata Kayangan Api dan itu masuk dalam target PAD Bojonegoro, pungkasnya.
Prosesi Ruwatan Murwala akan digelar di tempat wisata api abadi kayangan api yang akan dimulai pukul 09.00 pagi dan direncanakan akan dihadiri langsung oleh Ibu Bupati Anna Muawanah.

Deni Ike, Kabid Pengembangan Kelembagaan, SDM Pariwisata dan Budaya
Dalam tradisi budaya Jawa, jika seorang anak dilahirkan dalam jenis sukerto, maka merupakan hutang bagi orangtuanya untuk segera melaksanakan ruwatan.Ruwatan dipercaya menghilangkan kotoran batin, dan menambah energi positif untuk kesuksesan anak di masa depan. Anak Sukerto yang perlu diruwat antara lain:
Ontang-Anting (anak tunggal), Uger-uger Lawang (2 anak lelaki), Kembang Sepasang (2 anak wanita), Kedhana-Kedhini (lelaki dan wanita), Kedhini-Kedhono (wanita dan lelaki) Anak Kembar, Cukit Dulit (3 anak lelaki), Gotong Mayit (3 anak wanita), Sendang Kapit Pancuran (3 anak: lelaki, wanita, lelaki), Pancuran Kapit Sendang (3 anak: wanita, lelaki, wanita), Sarimpi (4 anak wanita), Saramba (4 anak lelaki), Keblat Papat (4 anak: lelaki, wanita, lelaki, wanita).
Pandhawa (5 anak lelaki), Pandhawi (5 anak wanita), Pipilan (5 anak: 4 wanita & 1 lelaki), Pandhangan (5 anak: 4 lelaki & 1 wanita), Pandhawa Nyandhangi (6 anak: 5 lelaki, terakhir wanita), Gilir Kacang (banyak anak: lelaki, wanita berturutan), Garendhel (banyak anak, lelaki semua terakhir wanita, atau sebaliknya), Julung Pujud (anak lahir saat matahari terbenam), Julung Wangi (anak lahir saat matahari terbit), Julung Sungsang (anak lahir tepat jam 12 siang), Julung Caplok (anak lahir di waktu senja) dan lain sebagainya.
