Bojonegoro.com – Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 7 Bojonegoro, Jawa Timur, membuat handsanitizer berbahan campuran olahan lidah buaya dan alkohol 70 persen, sebagai inovasi yang diunggulkan untuk menjadi ikon sekolah dalam program Adiwiyata tingkat nasional.
Kepala SMPN 7 Bojonegoro, Slamet mengungkapkan, lidah buaya atau tanaman bernama latin aloe vera dipilih menjadi ikon sekolah berdasarkan asas manfaat. Dilatarbelakangi semenjak pandemi melanda pada 2020 dimana handsanitizer menjadi barang yang banyak diburu sehingga berharga sangat mahal.
“Lidah buaya punya banyak manfaat, selain secara kosmetika, juga mempunyai manfaat alami sebagai disinfektan yang bisa membunuh bakteri dan kuman,” kata Slamet Sabtu 04/09/2021.
Lebih dari setahun, kata Slamet, lidah buaya telah dimanfaatkan di lingkungan keluarga SMPN 7 Bojonegoro. Selain merupakan tanaman yang sudah dibudidaya di pekarangan sekolah, menggunakan lidah buaya sebagai bahan dasar campuran disinfektan dianggap sebagai cara mudah dan murah mendapatkan handsanitizer.
“Dari dua bilah lidah buaya ukuran sedang, dapat dihasilkan handsanitizer sekira 150 mililiter,” jelasnya.
Terpisah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Panca Sulistyorini menunjukkan bagaimana proses pembuatan handsanitizer itu berlangsung. diawali mempersiapkan alat, antara lain blender, pisau, saringan dan botol spray. Bahan dasar lidah buaya, jeruk nipis, dan minyak essensial lavender, serta alkohol 70 persen.
Setelah lidah buaya dibersihkan lalu dikupas, selanjutnya diblender hingga halus. Ditambahkan alkohol sekira 8 sendok makan dan jeruk nipis sebagai aroma, atau essense lavender. Kemudian agar lebih bersih, bahan campuran tadi disaring terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam botol spray agar siap digunakan.
“Handsanitizer lidah buaya ini punya kelebihan dibanding handsanitizer buatan pabrik, yaitu tidak menyebabkan kulit menjadi kering,” ujar perempuan guru prakarya ini.
Menyambung perihal ikon sekolah dalam program adiwiyata, Slamet mengaku hanya agar anak didik bisa menerapkan sesuai tujuan adiwiyata. Bukan semata-mata kejuaraan yang dicari. Tetapi lebih pada menanamkn karakter kepada warga lingkungan SMPN 7 Bojonegoro.
“Berkenaan Adiwiyata, edukasi kami lebih kepada penerapan cinta lingkungan,” tandasnya.
Dengan kondisi kendala lingkungan sekolah yang relatif kecil hanya berukuran 2.600 meter persegi, Slamet berusaha seoptimal mungkin. Agar kepedulian terhadap lingkungan hidup dapat diterapkan. Terbukti, tahun 2019 lalu SMPN 7 Bojonegoro telah meraih predikat sekolah adiwiyata tingkat provinsi jawa timur.
Selain diolah menjadi disinfektan alami, lanjut pria yang tinggal di Kelurahan Ledok Kulon, Kecamatan Kota, pihaknya juga berinovasi mengolah lidah buaya menjadi cendol, nata de coco, dawet, dan puding.
“Prinsipnya, bukan menang lomba bagi kami. Tetapi bagaimana anak didik kami bisa memahami pentingnya cinta dan peduli lingkungan hidup. Sehingga mampu bermanfaat bagi lingkungan dimanapun mereka berada,” tutupnya.
Adiwiyata adalah upaya membangun program atau wadah yang baik dan ideal untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup untuk cita-cita pembangunan berkelanjutan. Adiwiyata merupakan nama program pendidikan lingkungan hidup.
