BOJONEGORO – Gajah Bolong adalah sebuah nama jalan yang berada di Dusun Mongkrong, Kecamatan Baureno Bojonegoro, kebanyakan masyarakat lebih banyak mendengar dan mengetahui nama Gajah bolong dari pada nama daerahnya sendiri. Yaitu dusun Mangkrong.
Konon, nama Gajah Bolong diambil dari mitos adanya lubang sebesar gajah dewasa, yang dipercaya sebagai jalan ghoib. Lubang tersebut berada di tanah kosong membentang sepanjang kurang lebih 200 meter menuju sendang (sungai), Tanah kosomg tempat lubang itu sekarang kita kenal dengan Taman Gajah Bolong dan Sendang saat ini adalah Kantor Kecamatan Baureno, jarak antara keduanya hanya terpisah dengan jalan raya Babat-Bojonegoro.
Konon ceritanya, Sendang tersebut digunakan warga sekitar untuk bertapa,, manembah kepada Tuhan, atau masyarakat setempat menyebutnya “Nyawiji Ing Pangeran” yaitu kondisi dimana manusia melakukan doa cipta karsa leburkan diri pada dzat yang Maha Kuasa, dan seiring berjalannya waktu menjadi kegiatan masyarakat yang kita kenal dengan nyadran atau sedekah bumi, yaitu ritual untuk mensyukuri berkah Tuhan yang diterima warga.
Abdul Rahman, atau Mbah Dul tokoh masyarakat Desa Mongkrong, Kecamatan Baureno Bojonegoro, menceritakan “Kantor Kecamatan itu dulunya sendang dan ada makamnya, ditempat itulah prosesi ritual Nyawiji ing Pangeran dilakukan.
Menurut cerita turun menurun yang dipercaya masyarakat desa setempat, lubang tersebut nyata keberadaanya namun hanya digunakan sebagai perjalanan ghoib bagi orang- orang tertentu yang dipercaya memiliki kemampuan ilmu kanuragan. Dan bagi sebagian masyarakat desa Mangkrong masih meyakini bahwa dibawah bangunan Kantor Kecamatan Baureno masih ada air yang mengalir dari Sendang.
Selain cerita tentang mitos jalan ghoib ada Versi lain tentang asal usul penamaan Gajah Bolong, yakni, di sebelah barat Perempatan Gajah Bolong, Dusun Mongkrong adasebuah patung gajah yang berada di depan rumah tua berpagar hijau, yang berada tepat di sebelah barat Perempatan Gajah Bolong, patung tersebut dibuat oleh seseorang bernama Mbah Sudjono (Alm) sekaligus pemilik rumah dengan arsitektur kuno itu. Dulu konon ceritanya, saat ada perang agresi militer Belanda, dalam baku tembak dengan pejuang Indonesia, patung gajah itu terkena peluru nyasar penjajah Belanda sehingga patungnya bolong atau berlubang.
“Patung itu sudah ada sejak zaman Belanda, dan saat perang pernah terkena mortir yang mengakibatkan patung menjadi bolong, itulah kenapa tempat disini dinamai Gajah Bolong,” ungkap Abdul Rahman.
Dari beberapa mitos mengenai sejarah atau asal usul nama Gajah Bolong tersebut Abdul Rahman menyampaikan semua tergantung kepercayaan masing-masing individu, bisa menjadi penting atau tidak dianggap penting itu kembali pada diri masing-masing.
Lebih lanju Mbah Dul menegaskan “Lubang sebesar gajah itu merupakan mitos versi ghoib, kalau patung gajah itu versi nyatanya, terserah setiap orang mau percaya yang mana,” tuturnya.
Patung Gajah Bolong dari zaman kolonial Belanda hingga saat ini masih berdiri kokoh, itu adalah salah satu saksi bisu adanya sejarah perlawanan dengan Belanda, di kawasan Kecamatan Baureno.
Lain mitos Gajah Bolong lain pula Sejarah Dusun Mongkrong. penamaan Dusun Mongkrong berawal dari jaman penjajahan, Konon ada seorang selir atau istri seorang penjajah Belanda yang di hakim warga dan jazadnya dikubur dengan posisi berdiri.
“Konon ada orang pribumi yang diperistri oleh belanda, menjadi selirnya kompeni, entah alasan apa, sama warga setempat itu dihakimi dan dikubur sldengan posisi berdiri, saat tubuhnya tertimpa tanah dan terkubur, tubuh wanita ini dalam posisi jongkok atau dalam bahasa jawa disebut mongkrong, akhirnya dinamakan Dusun Mongkrong,” jelas Abdul Rahman.
Dalam kesempatan ini Mbah Dul berharap, alangkah baiknya jika ada penelitian lebih dalam lagi dengan pendekatan sejarah, agar mitos-mitos yang beredar di masyarakat bisa tergali dengan benar supaya tidak menimbulkan kerancuan dan pikiran negatif dan mampu meluruskan hal-hal yang dianggap mitos menjadi sebuah cerita sejarah,” kalaupun tidak, biarlah ini menjadi sebuah cerita legenda, namun yang terpenting adalah tidak merusak tatanan sosial warga di desa Mangkrong, pungkasnya.
