Kehidupan ini berubah-ubah, tidak pernah sama.
Ada saatnya naik, ada saatnya turun.
Ada kondisi di atas, ada kondisi di bawah.
Namun pelaku-pelaku di dalamnya tidak berubah.
Sebelum lebaran kemarin, saya punya data survey kecil2an. Ada 104 pelaku kehidupan yang sedang dalam kondisi di bawah.
Sangat membutuhkan bantuan.
Ada Kang Ayi, penjual makanan yang tidak bisa jualan karena wabah, sehingga penghasilannya tidak cukup untuk kehidupan sehari2.
Ada Umi Siti, janda tua yang tidak punya penghasilan tetap. Walaupun sudah nenek2 tapi masih harus menghidupi anaknya yg bungsu dan belum kerja. Anak2nya yg lain tidak bisa bantu karena kondisi masih sulit.
Lalu Mbah Paimin yg sudah umur 65 tahun, cacat kaki dan tangan hidup sebatang kara dengan pekerjaan serabutan.
Ada juga Pak Edi, pemilik warung yg isinya cuman seadanya. Masih ditambah kondisi kena stroke juga berberapa bulan.
Atau Mbak Sugih, yg berumur 85 tahun, janda sebatang kara yang hidup di rumah gubuk dan mengandalkan penghidupan dari mencari cengkeh.
Dan lain2nya…
Alhamdulillah sebelum lebaran kemarin ada pemuda2 luar biasa yang memberikan bantuan sembako kepada 104 orang-orang seperti di atas.
Mudah2an bisa jadi pelipur kebahagiaan mereka di saat lebaran.
Pasca lebaran, tepatnya weekend kemarin, komunitas Tangan Di Atas Bandung juga memberikan 100 paket sembako kepada orang-orang dengan kondisi yang sulit.
Pembagiannya dilakukan lewat teman2 kepada tetangga sekitarnya. Sehingga mengetahui kondisi masing2.
Bantuan sembako ini digalang dari saku para member TDA. Tanpa buat proposal, tanpa ada lembaga2 formal.
Bagi member yang belum longgar di pendanaan, mereka berkontribusi di tenaga, waktu dan pikiran. Ada yg bantu bikin flyernya. Ada yg bantu nyebarin di sosmed dan WA group alumni. Bahkan ada yg bantu bensin buat distribusi.
Mereka bergerak sebisa2nya. Berkontribusi sebisa2nya.
Bagaimana perasaan mereka setelah memberi? Salah satu nya berkata begini:
“Alhamdulillah, ketika melihat senyum mereka. Aku merasakan kebahagiaan dan kedamaian. Kebahagiaan yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya”
Ya, kelihatannya saja kita yang memberi. Sebenarnya kita yang diberi.
Saya coba perhatikan kegiatan memberi yg dilakukan oleh komunitas Tangan Di Atas Bandung ternyata bukan hanya memberikan bantuan sembako.
Mereka menciptakan program-program untuk bersama-sama melewati kondisi yg menantang ini.
Ada program Sharing Santai di Telegram. 3x seminggu berisi obrolan santai mengenai perjuangan2 temen2 usaha, pelajaran2 yg di dapat, dan materi2 ringan seputar dunia usaha di kondisi saat ini.
Ada program Penggalangan dana untuk pembagian 2000 hand sanitizer di awal2 Covid merebak.
Online Training Fb Ads sebagai solusi teman2 UKM yang perlu switch untuk berjualan online tapi belum tahu caranya. Semua dana disumbangkan untuk penggalangan dana hand sanitizer.
Tali Kasih untuk bantuan kepada Ustadz yg kena kecelakaan, dan harus masuk rumah sakit.
Ada lagi program KamisAN. Kamis Ask Anything About Anything. Ini adalah wadah sharing apapun. Mulai dari bisnis, parenting, sampai komunikasi pasangan. Program khusus bagi para pengurus TDA Bandung yg menamakan dirinya TDA WARRIOR.
Membentuk group2 kecil pendampingan dengan kode program SUSU = SUrvival to SUccess. Agar teman2 pelaku usaha yg sedang kondisi di bawah tidak merasa sendirian.
Kemudian yang sedang digodok lagi: MarkeTDA, sebuah group peluang bisnis bagi mereka yg terdampak secara finansial dan mencari peluang2 menambah penghasilan di kondisi ini.
Berinteraksi dalam program-program di atas selama 2 bulan terakhir, begitu banyak pelajaran kehidupan yang saya dapatkan.
Salah satunya adalah walaupun posisi kehidupan itu selalu berubah-ubah… Namun seseorang bisa menjadi pribadi yang tetap. Tidak terpengaruh oleh naik turunnya kehidupan.
Orang baik, akan selalu berpikir untuk menebar manfaat.
Orang yang suka memberi dan berkontribusi, akan selalu mengambil tindakan. Fokus kepada apa yang bisa dia berikan.
Orang yang penuh kasih sayang, akan mudah tersentuh dan menciptakan peluang2 berbagi.
Karena walaupun waktu berubah, ada siang dan ada malam.
Tetapi manusia bisa tetap menyadari bahwa dirinya selalu bisa menjadi penerang. Menjadi Cahaya.
Cahaya dalam satu nafas kehidupan.
Salam….
Awan Rimbawan
Pelayan Komunitas Tangan Di Atas Bandung yang sedang belajar untuk memberi.
