BOJONEGORO-Bulan Rabiulawal, adalah Bulan dimana umat Islam mempercai sebagai bulan kelahiran Nabi Muhammad Saww (Maulid) Di bulan ini umat islam memperingati kelahiran Nabi dengan dengan bersuka cita, umumnya umat Islam memperingati Maulid dengan pengjian umum dan diisi hiburan Hadrah atau rebana yang meriah.
Namun di masa pandemi ini peringatan maulid Nabi tidak bisa kita temui karena anjuran pemerintah dengan protokol kesehatan tidak memperkenankan kita mengadakan kegiatan yang berpotensi mengumpulkan masa.
Kelompok Jedoran Masjid Al Mukhlisin Sukorejo Bojonegoro, pimpinan Haji Munari mempunyai cara tersendiri untuk memperingati Maulid dan berkhidmat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya yang suci dengan melaksanakan Jedhoran sholawat mulai malam hingga menjelang shubuh. Sabtu malam 24/10/20.
Aziz (40 thn) salah satu personil jedhoran yang paling muda menyampaikan Jedhoran itu asyik mas, warna musiknya khas dan jedhoran juga salah satu media untuk mencintai Nabi dan keluarganya yang suci dengan bersholawat dan juga sebagai sarana mendekatkan diri kepada Tuhan. Kesenian ini adalah warisan kearifan leluhur yang wajib kita jaga dan lestarikan, jelas Aziz.
Sementara itu, ketua Jedhoran Al Mukhlisin Haji Munari menyampaikan, setiap tahun Masjid Al Mukhlisin memperingati Maulid Nabi dengan mengadakan pengajian umum, namun tahun ini dimasa tengah masa pandemi, tidak kami laksanakan karena mengikuti anjuran pemerintah, jadi kita hanya jedhoran saja agar tidak tercipta kerumunan masa, dan semoga Pandemi Covid-19 segera berlalu sehingga kita semua bisa benar benar hidup dengan normal, terang Haji Munari.
Jedoran Adalah sebuah Alat musik tradisional yang masih termasuk Beduk (Bedug) namun berukuran kecil, dan dalam sajian musiknya membawakan lagu sholawat Nabi, Barjanji, Burdah yang lagu lagunya menceritakan tentang keutamaan Nabi, Anjuran Cinta Rasul dan keluarga Nabi yang suci.
Jedhoran berasal dari kata jedhor yang berarti: bedhug, gendang, tambur Ragam alat musik yang terbuat dari kulit binatang dan kayu. Jedhor dimainkan dengan cara ditabuh. Alat musik jedhoran terdiri dari gendang, tipung, kenong, terbang, dan kempling. Kenong dalam kesenian ini berbeda dengan kenong yang terdapat dalam gamelan. Kenong tidak
terbuat dari besi melainkan dari kulit binatang dan kayu.
Jedhoran merupakan representasi kesenian yang bernafaskan Islam Jawa. Di Bojonegoro ada beberapa Group kesenian jedoroan yang masih eksis, salah satunya adalah yang ada di Desa Sukorejo, di arus modernisme ini banyak para pemain kesenian ini terus berjuang melestarikannya di tengah formalisme beragama. Kesenian ini tergolong warisan leluhur, juga merupakan jejak Islamisasi di Jawa.
.
