SURAKARTA-Solo dikenal sebagai kota budaya, Mengusung slogan ‘Spirit of Java’ Solo dikenal sebagai kota dengan warisan budaya, Solo dianggap sebagai salah satu pusat kebudayaan Jawa karena beragam seni budaya masih dapat kita jumpai di Kota ini, Sebagian besar masih terus dipertahankan hingga kini, Kesenian wayang orang salah satunya. Liburan ke solo tidak lengkap jika belum menyaksikan wayang orang Sriwedari.
Pertunjukan seni wayang orang Sriwedari masih digelar dimasa pandemi, pihak Sriwedari dalam penyelenggaran pentas wayang orang tetap mematuhi anjuran pemerintah dengan memperlakukan protokol covid-19, penonton sebelum masuk di tes suhu badannya dengan alat thernogun, dan disediakan tempat cuci tangan bagi pengunjung.
Kamis, 01/10/09 bertempat di gedung wayang orang Sriwedari jalan Slamet Riyadi, Laweyan, Surakarta, kelompok kesenian wayang orang Sriwedari menampilkan lakon Alap-alapan Dewi Ulupi. Para pemainnya adalah Aparatur Sipil Negara (ASN) di bawah Dinas Kebudayaan Surakarta. Selaku Koordinator Wayang adalah Agus Prasetyo, S Sn. Sutradara oleh Hardini,Sedangkan Dalang yang bertugas mengatur jalannya pentas malam itu dipercayakan oleh Ki Heri Sakrun Kusumo,S.Sn. adapun tokoh utama dalam pentas adalah Dewi Ulupi diperankan oleh Tira Mayasari.S.SI. Para pemain wayang yang terlibat rata-rata lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Sebelum pagelaran dimulai, pembawa acara membacakan sinopsis cerita dan mengingatkan penonton untuk tetap mematuhi protokol covid-19.
Sebelum masa pandemi pertunjukan wayang orang Sriwedari pentas setiap hari, pukul 20.00 mulai Senin hingga Sabtu, namun di masa pandemi 3 bulan belakangan, pentas dilakukan hanya di hari Kamis hingga Sabtu saja.
Pertunjukan wayang orang Sriwedari Solo
merupakan salah satu kelompok kesenian yang tertua karena telah ada sejak tahun 1910, saat era pemeritahan Raja Keraton Kasunanan Surakarta, Paku Buwono X.
Sinopsis Alap-alapan Dewi Ulupi :
Kematian Dewi Angraini membuat Arjuna didera kesedihan dan rindu yang tidak tertahankan. Untuk menghilangkan kesedihannya Arjuna mengembara tidak tentu arah, keluar masuk hutan belantara.
Kerinduan Arjuna itu diketahui oleh Batara Kamajaya, yang kemudian mendatanginya dan menjelaskan bahwa ada seorang wanita yang wajah dan tindak tanduknya mirip dengan Dewi Angraini, tempatnya di Pertapaan Yasarata. Nama wanita itu adalah Dewi Ulupi, anak Begawan Kanwa. Siapa yang dapat mengalahkan Antasena, dia berhak menjadi suami Dewi Ulupi.

Punakawan dan Raksasa dalam salah satu adegan yang membuat penonton tergelak tawa
Berita diadakannya sayembara bagi Dewi Ulupi didengar oleh para ksatria dari Kerajaan Astina termasuk juga Prabu Dewasrani dari Kerajaan Tunggul Malaya yang sudah banyak mendengar kesohoran akan kecantikan Dewi Ulupi juga ingin melamarnya.
Semua kesatria yang mengikuti sayembara untuk memperebutjan Dewi Ulupi kalah perang tanding dengan Antasena, dengan mudah para ksatia terlempar oleh kesaktian Antasena.
Akhirnya Arjuna datang, dan dapat memenangkan sayembara dengan mengalahkan Antasena dan berhak mengawini Dewi Ulupi.
Prabu Dewasrani yang datang terlambat untuk mengikuti sayembara tidak terima dan merasa sayembara tidak sah karena tidak ada keikutsertaannya, Arjuna ditantang prabu Dewasrani untuk perang tanding, namun Dewasrani kalah sakti dan Dewi Ulupi tetap menjadi istri Arjuna.
