Oleh : Denny Cahyo (Pemerhati Porang)
BOJONEGORO– Tanaman Porang (Amorphophallus muelleri) dulu dianggap tumbuhan Liar, kini umbi porang menjadi primadona petani.
Awal mulanya, porang dianggap sebagai tumbuhan liar bahkan masyarakat sempat menganggap porang sebagai makanan ular. Padahal umbi porang diluar negeri laku keras, karena umbi porang memiliki banyak manfaat sehingga menjadi umbi yang memiliki nilai eksporitas begitu tinggi.
Wilayah kecamatan Gondang dan Kecamatan Sekar, sudah lama dikenal sebagai sentra budidaya porang. Beberapa bulan terakhir, budidaya porang mulai menarik pelaku usaha dan penanaman tumbuhan Porang sebagai pohon komiditi mulai menyebar dibeberapa wilayah Bojonegoro lainya.
Bagi warga petani yang disekitar hutan, yang masuk dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) menaman Porang di lahan milik perhutani, namun ada juga warga yang menanam Porang di lahan pribadinya. Biasanya warga menaman porang dengan cara menanam bawah naungan pohon, namun ada pula yang ditanam tanpa naungan.
Bass Suwito (45 tahun), warga desa Kunci, kecamatan Dander tertarik untuk menggeluti dan menamam pohon Porang, dan dia memulai usaha menanam Porang pada musim ini. Menurut Suwito, tanaman porang yang ditanam di lahan terbuka umbi yang dihasilkan lebih cepat besar, namun hasil bulbil (katak) lebih sedikit dibandingkan tanaman Porang yang ditanam dibawah naungan.
Harga Porang yang lumayan menggiurkan dan menjadi trend saat ini, menjadikan lahan porang rawan pencuri. Menanam Porang dilahan perhutani ataupun lahan pribadi bukannya tanpa kendala, yang paling sering adalah hilangnya bibit Porang dicuri oleh maling dengan cara dicabuti, untuk ditanam dilahannya sendrii atau dijual.
Bass Suwito pernah mengalami sendiri tanaman porangnya dicuri orang tidak dikenal, penyebabnya mungkin karena nilai jual Porang saat ini lagi bagus, berimbas pada antusias masyarakat untuk menanam Porang ikut meningkat, namun, harga bibit Porang yang relatif tinggi, menyebabkan warga menghalalkan segala cara untuk bisa mendapatkan bibit Porang tersebut.
Untuk itu petani porang perlu mendapat perhatian dari pemerintah guna mengatasi permasalahan ini. Akan lebih baik jika pemeritah daerah secara khusus membuat program penanaman porang, dan menjadikan Bojonegoro sentra porang dengan varian produksinya.
Chrisyanto, warga Desa Mulyorejo Kecamatan Balen, Bojonegoro sudah mulai budidaya serta menjual bibit Porang sejak tahun 2016. Crist menyampaikan,”Tahun 2020 antusias masyarakat Bojonegoro menanam porang sangat tinggi. Cris mengaku, persediaan bibit porang dengan volume 2 hingga 3 kwintal, bisa habis terjual dalam 3 hari, ini menandakan bahwa trend menaman Porang pada masyarakat mengalami peningkatan. Bahkan sampai hari ini masyarakat masih banyak yang ingin menanam Porang”
Karena faktor kesulitan dalam hal prosedur menanam Porang dilahan Perhutani, Chrisyanto mencoba menanam porang di tepi aliran Bengawan Solo. Dan hasilnya tidak mengecewakan tanaman, porangnya terlihat subur. Kendalanya kalau air pasang, dan merendam tanaman dalam waktu yang lama, apa masih bisa bertahan. Untuk itu Chrisyanto berkeinginan menanam porang dengan cara bekerja sama dengan Perhutani, untuk mengembangkan lahan dan mempraktekan pengetahuan budidaya porang, selain faktor keamanan, menurutnya lahan di bawah tegakan pohon jati terbukti lebih bagus untuk budidaya porang. Jadi kami mohon untuk para pihak terkait, Pemerintah dan Perhutani memudahkan para petani untuk mendapatkan modal dan lahan, tegas Crisyanto.
Semoga dengan budidaya porang bisa membawa kemakmuran bagi petani pedesaan dan petani pinggir hutan. Mengingat kebutuhan dan manfaat porang yang bisa buat makanan pokok pengganti nasi yang lebih menyehatkan di masa mendatang.( * DC/Red)
