Bojonegoro.com – Sudah semenjak tiga tahun belakangan ini Perusahaan Hutan Negara Indonesia (Perhutani) Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro mendapat tambahan penjaga baru. Sang penjaga hutan itu bernama “Porang”. Sejenis tanaman hutan penghasil umbi yang dalam bahasa jawa dikenal dengan nama iles-iles.
Kepala Sub Seksi Perhutanan Sosial (KSSPS) Perhutani KPH Bojonegoro, Agus Ivan Hariyanto mengatakan, sampai dengan tahun 2021 ada seluas 337,38 Hektar total lahan hutan di wilayah KPH Bojonegoro yang ditanami porang.
“Dominan luasan lahan hutan yang ditanami porang ada di wilayah selatan,” katanya kepada Bojonegoro.com, Rabu, 29/09/2021.
Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Deling, adalah wilayah selatan yang dimaksud Ivan sebagai yang paling dominan didapati tanaman porang mengisi lahan hutan. Karena sekira 249,3 Hektar dari total lahan hutan di wilayah KPH Bojonegoro yang ditanami porang ada di BKPH ini.
Tanaman porang yang lokasinya berada di sekitar Desa Klino, Kecamatan Sekar, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, kata Ivan, dikelola oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Pandan Arum Desa Deling, Kecamatan Sekar.
“Porang di BKPH Deling ini yang paling tua masa tanamnya di wilayah KPH Bojonegoro,” ucapnya.
Ivan melanjutkan, selain di BKPH Deling, disusul kemudian seluas 75 hektar lahan hutan ditanami porang berada di BKPH Gondang. Sebanyak empat LMDH yang mengelola tanaman ini di BKPH setempat.
Yakni LMDH Karya Tani Desa Soko mengelola seluas 31,8 Hektar. Lalu LMDH Tani Rimba Mulya Desa Sambongrejo mengelola 7,5 Hektar. Selanjutnya LMDH Agro Lestari Desa Pajeng mengelola 18 Hektar, dan LMDH Wono Sido Mulyo Desa Senganten mengelola lahan tanaman porang seluas 18,65 Hektar.
“Sebetulnya, asumsi panen bisa mulai tahun 2021 ini. Untuk yang sudah tanam porang sejak 2018. Tapi tahun ini belum ada LMDH yang panen,” ujarnya.
Menurut mantan Humas KPH Bojonegoro ini, tanaman porang adalah asli tanaman hutan. dulunya bahkan tidak ada yang meliriknya untuk dijadikan komoditi bisnis. Namun setelah terbuka potensi ekonomi dari tanaman porang, tanaman ini naik kasta jadi penjaga tegakan jati.
“Porang ini hidupnya berada dibawah tegakan, harus kiyupan atau ternaungi dari sinar matahari. Jadi dia ini tanaman yang tidak kuat panas,” terang Ivan.

Penanaman Porang di persil Purhatani
Karena butuh naungan tegakan, Ivan meyakini, tegakan akan aman, karena porang membutuhkan naungan dedaunan. Sekaligus pembusukan dedaunan jati bisa menjadi pupuk alami untuk porang. Sebaliknya, porang pun tidak merusak akar tegakan. Sehingga, bisa dikatakan porang menjadi tanaman penjaga hutan. Selain itu, karena porang merupakan tanaman yang dikelola LMDH, maka tegakan juga turut terjaga.
“Umbi porang ini kan tidak dalam, dangkal saja. Kalau terlalu dalam bisa membusuk,” tandasnya.
Pria ramah ini menambahkan, porang tetaplah komoditas yang menjanjikan. Disebabkan makin lama masa tanam porang, makin bagus kualitas umbinya. Makin padat dan makin sedikit kadar airnya.
“Tidak mengapa belum jadi panen tahun ini, karena di tahun depan kualitasnya akan semakin bagus,” tegasnya.
Terpisah, salah satu anggota paguyuban penggiat tanaman porang di Bojonegoro, Cahyo Adi Setya mengungkapkan, bahwa Cina adalah proyeksi pasar terbesar umbi porang. Tetapi ia menilai pemerintah masih kurang membantu lobi pemasaran ke Pemerintah Cina. Karena porang dari Indonesia belum diterima Pemerintah Cina.
“Padahal, Pemerintah Indonesia sangat gencar mempromosikan budidaya porang. Strategi saya menghadapi fluktuasi pasar, saat ini ya efisiensi ongkos produksi,” tukasnya.(*)
