Oleh : Massayik IR (Pemerhati Isu Politik Internasional)
Bojonegoro.com – Kabar meninggalnya Ratu Elizabeth II pada Kamis, 8 September 2022 menghiasi pemberitaan di seluruh dunia dan dibanjiri ucapan simpati duka cita dari netizen dan para pemimpin dunia termasuk Indonesia.
Namun saya lebih memilih untuk berduka cita kepada bangsa-bangsa di Asia, Afrika, penduduk asli benua Amerika dan Australia atas semua kejahatan kolonial Inggris yang menyisakan masalah berkelanjutan berupa diskriminasi, segregasi rasial & agama di berbagai negara.
Saya menolak lupa atas semua kejahatan yang dilakukan Inggris terhadap banyak bangsa. Saya akan menyebutkan sedikit saja dari deretan kekejaman Inggris di dunia.
Pertama-tama saya lebih memilih berbelasungkawa kepada para pahlawan kemerdekaan Surabaya dan masyarakatnya yang rumah rumahnya dibombardir oleh Inggris dari darat, laut dan udara selama satu bulan penuh pada 10 Nopember 1945.
Pada tahun 1954 Ratu Elizabeth di Aden memerintah Yaman Selatan sebagai koloni di mana penduduk asli Yaman dipisahkan dari citra publik, rakyat Yanan dijadikan penduduk kelas dua, sementara orang Inggris kulit putih tetap tinggal ongkang-ongkang seolah-olah itu adalah negara mereka sendiri.
Pada tahun 1963 rakyat Yaman memberontak melawan kolonialisme Inggris. Yang terjadi kemudian Ratu memerintahkan tentaranya untuk bersikap keras terhadap semua perbedaan pendapat. Keberanian rakyat Yaman membuat Inggris meninggalkan Yaman pada tahun 1967. Tetapi ratu Elisabeth mewariskan kekerasan dan penjarahan serta rasisme yang dilembagakan.
Jangan lupa, perang Yaman hari ini yang memasuki tahun ketujuh juga buah tangan ratu Inggris, AS, UEA dan Saudi. Ada hubungan langsung antara perjuangan yang dilakukan oleh rakyat Yaman melawan kolonialisme Inggris pada tahun enam puluhan, dan perjuangan yang dilakukan oleh rakyat Yaman saat ini.
Jangan pernah lupa juga dengan apa yang dilakukan Inggris terhadap India, Inggris mengekstraksi (merampok) $45 triliun dari India selama 200 tahun dengan manajemen kolonial yang kejam, membagi tanah menurut garis agama, mengendalikan perdagangan internasional mereka, memungut pajak 30% untuk mengumpulkan pajak pada rakyat India.
Tidak cukup dengan itu, Inggris dengan sengaja membangun partisi atau pemisahan yang mengarah pada kekerasan sektarian sampai hari ini, untuk membagi India/Pakistan dan Bengali.
Pada tahun 1952, dimana Malaysia belum merdeka, Inggris menempatkan Sir Gerald Templer menjadi Komisaris Tinggi Malaya, menyusupkan agen-agen rahasia dan mengadu domba mereka. Sehingga para pejuang berhaluan kiri dipenggali kepalanya oleh suku pedalaman Malaysia atas provokasi Inggris.
Pada tahun 1969, ratu memerintahkan tentara Inggris dan Nigeria untuk membunuh lebih dari 3 juta etnis iIgbo. termasuk anak-anak dan wanita. Ratu menyaksikan anak-anak meninggal. Mereka yang saat itu kehilangan seseorang dalam Genosida itu berharap ratu mati tidak hanya sekali.
Apakah anda tahu, Berlian terbesar di dunia “Star of Afrika” yang dikenal berlian Cullinan? permata itu dicuri dari Afrika Selatan dan potongan-potongannya diletakkan di mahkota ratu sebagai simbol kedaulatan Inggris, tongkat kerajaan dan sisanya dalam koleksi permata kerajaan.
Inggris mengklaim bahwa itu dihadiahkan kepada mereka sebagai simbol persahabatan dan perdamaian, tetapi bukankah itu terjadi pada masa kolonialisme yang kejam? Inggris kemudian mengganti nama “Star of Afrika” dengan nama Ketua Tambang “Thomas Cullinan”.
Permata berlian dari Afrika bukan satu-satunya, berlian India Kohinoor juga dirampok namun dengan cara yang lebih halus seakan itu sebuah hadiah kepada ratu. Bagaimanapun Inggris berusaha menutupinya, Inggris tidak bisa lepas dari sejarah kolonialisme. Nyawa yang tak terhitung jumlahnya hilang karena Inggris, jumlah permata, artefak yang diambil pencuri dari seluruh dunia, tidak bisa hanya disebut hadiah semata.
Sebagai bangsa yang menjunjung adat ketimuran, saya tidak berharap berbicara buruk tentang kematian seseorang.
Tetapi saat seorang kepala sebuah kerajaan pencuri dan pembunuh lebih banyak mendapat simpati dari netijen yang pernah dibantai leluhurnya menjadikan saya atau siapapun bingung.
Bukankah belum lama netizen mengecam teroris bom bunuh diri yang menewaskan beberapa orang? Lalu, kenapa sikap yang sama tak ditunjukkan kepada ratu kriminal yang menjadikan jutaan bangsa terbunuh dan kelaparan?
Massayik IR 10 September 2022
