Tuban. Minum tuak di Kota Tuban Jawa timur sudah menjadi Kebiasaan sebagian warga, tradisi turun menurun dari jaman nenek moyang masih ada sampai sekarang. Sembrek, begitu Warga biasa menyebut, Sembrek adalah istilah orang yang berkumpul dipinggir jalan sambil minum tuak.
Warga minum tuak dengan berkumpul bersama teman sambil bercengkrama dan guyon waton.
Suasana ditengah sambrek sangat hangat dan penuh kekeluargaan.
Kebiasaan minum tuak ini sudah menjadi tradisi turun menurun yang biasa dilakukan di pinggir jalan poros desa.
Beberapa warga yang asyik minum tuak menyambut dan menyapa setiap yang baru datang bergabung, sambil tersenyum hangat, mari mas, mari, duduk sini.
Kami minum tuak untuk berkumpul dengan teman mas, melepas penat setelah seharian bekerja, tidak ada niat mabuk, kami minum secukupnya, maka hampir tidak pernah ada keributan karena minum tuak disini, jelas mereka.
Tuban adalah kota agraris maritim, yang wilayahnya memiliki laut dan lahan pertanian.
Baik warga pesisir maupun warga pegunungan sebagian besar warganya sama-sama memiliki kebiasaan minum tuak untuk melepas penat selepas bekerja di lahan sebagai petani atau selepas melaut.
Banyak sebutan untuk kota Tuban, diantaranya dari sisi sejarah, Tuban dikenal sebagai kota Ronggolawe, dari sisi tradisi, dikenal sebagai kota tuak.
Seiring berjalannya waktu, masyarakat muslim Tuban lebih suka menyebut sebagai kota bumi wali, karena banyaknya makam wali besar yang tersebar di kota Tuban.
Pemerintah Tuban pernah mengatur dan menertibkan budaya warganya yang suka minum tuak di pinggir jalan agar tidak terlalu vulgar didepan umum.
Namun tradisi minum tuak di Tuban tetap ada dan menghiasi pemandangan sudut desa.
Seperti yang ada di Dusun Krajan desa Mondokan.
Tuban memang kota yang kental akan warna sejarah dan tradisinya.
Sebagai kota bumi wali, nuansa spiritualnya tergolong kental, sejarah membentuk karakter warga, meski tidak seramai dulu, tradisi minum tuak masih ada hingga sekarang, dan entah kapan tradisi ini akan hilang karena tergerus moderenitas dan hingar bingar jaman, atau justru tradisi ini mampu menyesuaikan jaman.
