bojonegoro.com – Seperti biasanya, ditahun tahun sebelumnya, setiap bulan Ramadan banyak pedagang dadakan menyediakan makan sahur atau buka puasa, dan sudah menjadi kebiasaan warga saat sore hari jalan keluar rumah menunggu bedug magrib sambil mencari makanan untuk berbuka, ngabuburit orang menamainya.
Banyak jalan di Bojonegoro dan spot menarik untuk warga melakukan ngabuburit, selain area Aun-alun, Sentra PKL di jalan Kartini menjadi salah satu tujuan warga ngabuburit, Deretan rombong PKL di Jalan Kartini tertata menghiasi tengah kota, diatur sedemimkan rupa demi kenyamanan pedagang dan konsumen
Suasana semakin ramai saat sore hari menjelang waktu magrib, lalu lalang kendaraan dan konsumen yang datang membeli jajanan PKL semakin lama semakin banyak, banyak menu pilihan yang bisa kita temui dan beli saat ngabuburit dijalan kartini, mulai dari makanan ringan hingga berat, dari gorengan hingga kikil sapi, dari martabak hingga lontong tahu khas Bojonegoro. Tersedia juga segala. Macam minuman segar, mulai dari es teh, es buah hingga minuman kekinian.
Ada makanan yang menarik dan khas, yaitu Tahu Walik, adalah Aziz, pedagang Tahu Walik asal Kecamatan Trucuk yang sehari-hari berjualan di Jalan Kartini mengaku senang dengan hadirnya bulan suci Ramadan, inj bulan penuh berkah dan rezeki yang melimpah, tuturnya.
Di tangan Aziz, tahu yang dibeli di pabrik tahu di Ledok Kulon itu diolahnya kembali hingga daya jualnya tinggi. Tangannya cekatan membalik tahu, mengisi adonan tepung bercampur ayam, lalu menggorengnya dalam minyak panas. Berulang-ulang hingga tahu walik dagangannya berlimpah di tempat penirisan minyak. Namun, berapa kalipun Aziz menggoreng, tahu walik itu segera ludes dibeli oleh warga.
“Tahunya ambil di Ledok. Sehari beli tiga kantong kresek. Satu kresek 10 ribu rupiah. Kalau di olah lagi bisa untung lebih,” tutur Aziz masih sibuk mengisi tahu dengan adonan tepung.
Satu tahu, Aziz akan memotong bagian menjadi dua. Satu porsi seharga Rp 5000 isi 8. Aziz yang terhimpun di Paguyuban Kartini ini mengaku omzet perhari jika bulan Ramadan mencapai Rp 300 ribu. Berbeda jauh ketika pandemi sedang marak-maraknya.
“Resepnya bikin sendiri. Adonan isian mirip sempol karena pakai ayam,” ucap Aziz yang berjualan bersama adik iparnya itu.
Berkah Ramadan, juga dirasakan oleh Rohimah. Pedagang es buah asal Desa Kauman ini merasakan benar perbedaan omzet ketika masa pandemi dan saat pandemi berakhir.
“Kalau sekarang omzet udah berjalan normal. Sehari bisa dapat 200 ribu rupiah,” terangnya.
Bersama kedua karyawannya yang lain, Rohimah berbagi tugas, dua karyawannya bertugas memotong buah dan mengisi ke plastik makanan, sementara Rohimah bertugas memberi es, gula, serta melayani pelanggan.
“Kalau pas pandemi kemarin, omzetnya turun banget. Alhamdulillah, Ramadan omzetnya merangkak naik lagi,” tuturnya.
Senada dengan Rohimah, Heni pedagang es Teh asal Klangon yang berjualan di depan toko Terang jaya ini mengungkapkan berkah Ramadhan dibulan puasa ini jualan es tehnya mengalami peningkatan omset, alhamdulilah mulai hari pertama puasa sudah ramai dan selalu habis terjual, terang Heni.
